Era 1960-an adalah masa-masa suram politik dan ekonomi Indonesia.
Presiden Soekarno memberangus lawan-lawan politiknya dan memberedel
surat kabar.
Harga makanan dan bahan-bahan pokok terus melambung membuat kehidupan serba sulit. Soekarno mulai terlena dengan kekuasaannya.
Kondisi
setelah peristiwa 30 September 1965 kian memburuk. Masyarakat marah
karena Presiden Soekarno hanya sibuk mengadakan pesta dan menikah lagi.
Tuntutan mereka agar Soekarno membubarkan Partai Komunis Indonesia, tak
dituruti.
Soekarno kemudian membentuk Kabinet Dwikora II
tanggal 24 Februari 1966. Kabinet yang berisi 100 menteri itu dianggap
gagal memenuhi harapan rakyat soal pembangunan dan kesejahteraan.
Maka
gelombang protes mulai muncul. Para aktivis adalah Mahasiswa
Universitas Indonesia (UI). Dengan jaket kuningnya mereka turun ke jalan
memprotes Soekarno.
Para mahasiswa tanpa takut mendatangi
kantor-kantor menteri yang dianggap koruptor. Mereka pun mengenakan
kimono dan berdemo menyindir Soekarno yang mengawini Naoko Nemoto alias
Ratna Sari Dewi. Salah satu mahasiswa itu adalah Soe Hok Gie. Aktivis
Senat Fakultas Sastra UI.
Hari-hari bergolak menjelang jatuhnya
Soekarno dia tuliskan dalam buku hariannya yang kelak dibukukan dan
diberi judul 'Catatan Seorang Demonstran'. Saat itu mahasiswa UI
mendapat dukungan dari Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dan pasukan Resimen
Para komando Angkatan Darat.
Tentara baret merah yang menyamar
inilah yang selalu melindungi mahasiswa saat berunjuk rasa dari ancaman
pasukan Tjakrabirawa dan preman-preman sewaan. Dulu hubungan militer
dan mahasiswa pernah sangat erat.
Soekarno akhirnya tumbang.
Kekuasaan beralih pada Jenderal Soeharto, yang dianggap berjasa
menyelamatkan negara dari komunis. Tapi ternyata rezim baru ini tak
lebih baik. Soeharto yang dielu-elukan bak pahlawan tidak seperti
harapan masyarakat.
Soeharto pun represif. Tak ada tindakan apa pun untuk menghentikan banjir darah pembunuhan orang-orang yang dianggap PKI.
Gie
kecewa melihat temannya sesama aktivis yang mendapat jatah kursi dalam
pemerintahan baru Soeharto. Mereka mulai tampil bermobil dan berdasi.
Para aktivis itu agaknya lupa cita-cita perjuangan mereka. Maka Gie
mengirimkan bedak dan lipstik ke kantor teman-temannya yang menjadi
pejabat. Cemooh agar mereka bisa tampil lebih 'cantik' dan semakin
sukses menjilat penguasa.
Gie terus mengkritisi pemerintahan Orde
Baru lewat tulisan-tulisan tajamnya di berbagai surat kabar. Satu
persatu temannya pergi meninggalkan dirinya. Bagi aktivis lainnya,
kejatuhan Soekarno adalah akhir revolusi.
Tujuan revolusi untuk menciptakan situasi politik yang aman dan harga-harga barang yang terjangkau, harus terwujud.
Gie
meninggal di Puncak Gunung Semeru, 16 Desember 1969. Sehari sebelum
ulang tahunnya yang ke-27. Dia tidak hanya menentang Soekarno, dia juga
penentang Soeharto.
Soeharto lengser tahun 1998, 29 tahun
kemudian. Lagi-lagi mahasiswalah yang menumbangkan rezim yang otoriter.
Sejarah selalu berulang.
sumber :http://www.merdeka.com/peristiwa/semangat-muda-penentang-soekarno.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
LIKE....!!!!
Post a Comment