Saya
gak tahu harus memulai catatan ini dari mana, apakah dari huruf A, ataukah dari
huruf Alif karena disaat saya menulis catatan
ini rasanya agak melan kolik sekali, namun saya harus berani menulis catatan
ini karena catatan ini mengandung masa yang penuh dengan kedukaan dan kesukaan,
dimana saya serta teman-teman seperjuangan angkatan 36 melakukan pendakian di
suatu gunung dan gunung tersebut kami beri nama gunung jauhari yang sebentar
lagi kami akan menapak atap keindahannya dan atap tersebut kami beri nama atap
wisuda atau puncak tertinggi di gunung jauhari. Pada hakekatnya catatan harian
ini sangat singkat sekali, akan tetapi hal demikian tidak menjadi masalah
karena catatan ini ku-tulis bermula dari keberanian hidup saya.
Kelas
I hingga sekarang sudah terlampaui oleh keberanian jiwa kami untuk selalu teguh
dalam mengarungi hidup ini tentunya kami melampauinya dengan suka dan duka.
Rasa suka disini adalah masa-masa yang sangat berharga (beribadah, belajar dan
berlatih) dan rasa dukanya adalah ketika teman-teman kami gugur sebelum menapak
atap keindahan yang sebentar akan tiba dan yang paling membuat kami sedih
ketika guru kami, pahlawan kami, pejuang kami, sahabat kami, kyai kami, KH.
Idris Jauhari jatuh sakit sehingga kami selalu berdoa agar beliau di berikan
kesembuhan karena kami rindu dengan deritan kalam beliau yang selalu menasehati
kami, mengajari kami, mendidik kami dan mengajak kami untuk selalu bersyukur
kepada Allah. dan Alhamdulillah sekarang beliau hadir di tengah kami meski
beliau masih sakit, semoga Bpk Kyai diberikan
kesehatan dan keberanian untuk menjalani hidup ini.
Namun,
ketika saya duduk di kelas IV ada kenangan tersendiri bagi saya dan teman-teman
lama saya (ganspala yang sekarang dibekukan menjadi pecinta lingkungan) yaitu
disaat kami keluar pondok tanpa izin untuk melakukan pendakian ke gunung arjuno
(gunung tertinggi di jawa timur setelah semeru). Alhamdulillha pendakian
tersebut berjalan dengan harapan dan kami diberikan kekuatan sama Ilahi untuk
menaklukkan gunung tersebut dan setibanya kami di pondok, kami dipanggil oleh
MPO, setelah dua hari kemudian, kami di botak bersih dan membuat surat
pernyataan sampai ke mudir marhalah dan membacakannya didepan santri yang lain.
Namun waktu itu juga saya sering berfikir untuk apa saya lakukan semua ini jika
akhirnya yang ada hanya penyesalan, maksudnya karena kegiatan tersebut
dilakukan dengan terpaksa, karena saat itu dipaksa oleh seneor kami, tidak
hanya itu, keluar pondok tanpa seizin dari pihak terkait adalah hal sangat
munafik. Meski pendakian tersebut
dilakukan dengan tidak wajar namun
menjadi kenangan tersendiri bagi saya karena keindahannya dan hutan-hutan yang
memberikan kedinginan selalu menghantuiku, sejak saat itulah saya sering lari
ke gunung di hari liburan karena bagi saya gunung adalah tempat yang damai.
Hari-hari
di kelas VI adalah hari yang ditunggu oleh semua santri TMI Al-amien. Kini kami
Zhertavorise sedang menikmatinya, mulai dari suka dan duka terus kami nikmati
dan dari beberapa program sudah kami terlampaui dengan penuh keberanian.
Sahabat sahabatku diakhir kelas VI ini kita tidak boleh menyerah pada
kemunafikan, kita harus sadar bahwa yang kita lakukan selama ini jauh dari
harapan maka untuk itu mari kita jaga persahabatan kita, jangan sampai
syaitan-syaitan yang busuk menghalangi cita-cita dan perjalanan kita. Mari
berjuang untuk membahagiakan Bpk kyai, ayah, bunda dan guru-guru kita karena
kitalah harapan mereka, kitalah harapan bangsa dan kita harus berusaha untuk membahagiakan ayah dan bunda karena
mereka berdualah yang selama ini memberikan biaya kepada kita di pondok ini.
Kawan pendakian di gunung jauhari sebentar lagi akan usai, kita semua akan tiba
dimana saya, kalian akan di wisuda dan kita akan tiba apabila kita selalu taat
kepada Allah dan kepada Bpk kyai.
Sahabat
sahabatku sebentar lagi hari yang lama akan segera berlalu dan diganti dengan
hari yang baru atau sejarah baru, tentunya kita tak lagi bersama, kita tak lagi
tertawa bersama akan tetapi kenangan kenangan menjadi santri TMI Al-amien
Prenduan akan tetap hidup dan menjadi sejarah di hati saya. Hanya saja saya
pribadi sangat berharap agar kalian tidak pernah menjadi orang yang hipokritis
dan selalu memelihara terhadap diplomasi agar tidak luntur.
Selamat berjuang sahabat-sahabatku dan
arungilah hidup ini dengan penuh keberanian.
22 JULI 2011
0 comments:
Post a Comment